20/03/19

"Bocah Ngapak Ya" tetap lucu dengan bilingual







Kenal dengan Azkal, Fadly dan Ilham ?

Ya mereka adalah bocah ajaib dari kampung di pelosok Kebumen yang sedang viral dan naik daun karena video video lucunya...

sekarang malah sudah diangkat menjadi program televisi nasional dengan tajuk "Bocah Ngapa(K) Ya"...

salah satu nya klip video yang dilampirkan dalam artikel ini...

tapi, saya bukan mau membahas kelucuan tiga bocah polos ini, saya tertarik dengan beberapa adegan di sekolah yang ada interaksi antara anak anak dengan ibu atau bapak guru nya...



Setiap kali mereka berinteraksi dengan guru di sekolah sang guru tetap menggunakan bahasa Indonesia walau secara kemampuan guru tersebut bisa berbahasa daerah atau dalam hal ini bahasa jawa ngapak khas Banyumasan.

begitupun sebaliknya, anak anak dengan sopan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia saat berinteraksi di sekolah. 

situasi ini hanya ada saat latar video nya di sekolah atau saat mereka belajar bersama guru les nya di rumah...

Arti nya dalam keseharian proses pembelajaran, di sekolah tersebut terjadi penerapan konsep pembelajaran bilingual. Bilingual tidak melulu ditujukan pada penerapan bahasa Indonesia dan Inggris

Sejatinya, hampir semua sekolah umum di daerah sudah menerapkan konsep bilingual di sekolah mereka, terutama daerah yang bahasa kesehariannya bukan bahasa Indonesia.

Khusus Jakarta, keseharian anak anak Jakarta relatif sudah menggunakan bahasa Indonesia. Jadi jika Ingin menerapkan konsep bilingual di sekolah maka bahasa kedua yang di gunakan adalah Bahasa Inggris.

Seperti di SDIT Ibnu Sina duren sawit misalnya, salah satu sekolah Islam yang menerapkan program bilingual di sekolah. konsep bilingual yang di terapkan menduplikasi konsep bilingual sekolah sekolah di daerah tadi.

Di Ibnu Sina, penerapan Bahasa Inggris nya sebagai bahasa pengantar formal di kelas, walau tidak se ekstrim di daerah. Konsep bilingual di Ibnu Sina adalah modifikasi pada intensitas anak anak berinteraksi dengan guru guru yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar formal nya di kelas dan di sekolah.  

Teknisnya, di Ibnu Sina menyediakan setidaknya 12 orang guru yang di wajibkan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas dan di sekolah ke 12 orang guru itu di sebut sebagai guru bilingual. 

Dengan adanya 12 orang guru bilingual tersebut maka, setidaknya setiap kelas berinteraksi dengan guru bilingual di kelas 8 sd 16 jp sepekan.

lebih rincinya, kelas 1 hingga kelas 3 siswa berinterkasi dengan guru blingual sebanyak 16 JP sepekan. sedangkan kelas 4 hingga kelas 6 berinterkasi dengan guru bilingual sebanyak 9 JP sepekan.

Guru bilingual tersebut berinteraksi selama itu ngapain aja ?

ya tentu mereka punya beban mengajar seperti biasa. Kelas bawah misalnya, mereka akan mengajar materi matematika, ipa, art, komputer dsb. Bahkan secara struktural, guru bilingual tersebut juga menjabat sebagai walikelas. 

Dengan tatap muka dan interkasi yang intensif tersebut, maka di harapkan siswa terbiasa dan meningkat kemampuannya dalam berbahasa Inggris. Jadi, siswa SDIT Ibnu Sina, tidak perlu lagi kursus bahasa Inggris di luar jam sekolah.

klo sekolahmu bagaimana ?

bilingualnya bahasa apa saja ?





Tidak ada komentar: